Kesalahan-Kesalahan Dalam Doa Dan Dzikir Ketika Shalat
KESALAHAN-KESALAHAN DALAM DO’A DAN DZIKIR KETIKA SHALAT
Dzikir dan doa, dua hal yang tidak akan bisa dipisahkan dari shalat. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. [Thaha/20:14]
Ketika menjelaskan ayat ini, syaikh Abdurrahman Nashir as-sa’di rahimahullah mengatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla memerintahkan para makhluk-Nya beribadah kepada-Nya dengan segala macam ibadah. Kemudian setelah itu, Allâh Azza wa Jalla menyebutkan ibadah shalat, padahal ibadah shalat termasuk salah satu jenis ibadah. Ini menunjukkan bahwa ibadah shalat memiliki keistimewaan dan keutamaan. Disamping ibadah ini juga mencakup ibadah hati, lisan dan anggota badan.
Beliau rahimahullah juga mengatakan, firman Allâh Azza wa Jalla, (لِذِكْرِي) huruf lam yang ada dalam kalimat ini adalah lam litta’lîl, artinya, “Dirikanlah shalat agar kamu mengingat-Ku!” karena mengingat Allâh Azza wa Jalla (dzikrullah) merupakan tujuan teragung dan ini adalah ibadah hati serta menjadi sebab kebahagiaan seorang hamba. Hati yang tidak pernah mengingat Allâh Azza wa Jalla merupakan hati yang jauh dari segala kebaikan serta mengalami kerusakan terparah.
Berbagai jenis ibadah Allâh Azza wa Jalla syari’atkan kepada para hamba, tujuannya supaya mereka mengingat Allâh Azza wa Jalla , terutama ibadah shalat.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allâh itu (shalat) adalah lebih besar. dan Allâh mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-‘Ankabut/29:45]
Maksudnya, dzikrullah yang terkandung dalam shalat itu lebih agung daripada (manfaatnya yang lain yaitu) shalat bisa mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.[1]
Mengingat dzikrullah dan shalat memiliki keterkaitan yang sangat erat, seyogyanya setiap kaum Muslimin memperhatikan masalah berbagai dzikir yang disyari’atkan dalam ibadah shalat, supaya tujuan dari perintah shalat bisa dirasakan, baik ketika dia sedang shalat ataupun di luar shalat. Juga agar terhindar dari berbagai kesalahan yang dilakukan oleh sebagian orang terkait doa dan dzikir dalam ibadah shalat.
Berikut kami membawakan beberapa kesalahan terkadang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dalam shalat mereka. Semoga ini bisa mengingatkan kita dan memotivasi kita untuk terus memperbaiki ibadah shalat kita. Kesalahan-kesalahan ini, kami sarikan dari kitab al-Qaulul Mubîn fi Akhthâ’il Mushallîn yang ditulis oleh Syaikh Masyhur hasan Salman, salah seorang murid syaikh al-Albani rahimahullah.
Diantara kesalahan-kesalahan itu adalah:
1. Membaca doa dan dzikir tidak pada tempatnya
Ini akibat dari meninggalkan salah satu rukun shalat yaitu thuma’ninah. Syaikh Masyhur mengatakan, “Demi Allâh! Saya sering mendengar dalam beberapa kesempatan ada orang yang mengucapkan doa tahmîd (Rabbana wa lakal hamdu) ketika dahinya hampir menyentuh tanah (untuk sujud) dan membaca amin setelah al-Fatihah ketika turun untuk ruku’.”[2]
Padahal seharusnya, doa Rabbana wa lakal hamdu mulai dibaca saat benar-benar sudah tegak berdiri, dibaca dengan tenang sambil memahami maknanya dan tidak bergerak untuk sujud sebelum tuntas membacanya. Bukan dibaca dalam pergerakan menuju sujud, bukan pula saat bergerak dari ruku’ ke i’tidal. Begitu pula dengan do’a-do’a dan dzikir-dzikir shalat lainnya. Dzikir sujud, baru mulai dibaca saat seluruh anggota badan sudah benar-benar dalam posisi sujud dan tidak bergerak sebelum dzikirnya selesai.
2. Membaca doa, dzikir dan ayat hanya di dalam hati tanpa disertai gerakan lisan.
Syaikh Masyhur Salman hafizhahullah mengatakan, “Diantara kesalahan yang banyak terjadi dalam pelaksanan ibadah shalat yaitu tidak menggerakkan lisan ketika takbir, membaca al-Qur’an, membaca dzikir-dzikir shalat dan merasa cukup hanya dengan membacanya di dalam hati, seakan shalat itu hanya perbuatan fisik saja, tanpa ada perkataan juga dzikir.”
Beliau juga mengatakan, “Seandainya membaca ayat-ayat hanya di dalam hati sudah dianggap cukup dalam shalat, tentu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan mengatakan kepada orang shalatnya jelek (sebagaimana dalam hadits):
ثم اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ
Kemudian bacalah bacaan al-Qur’an yang mudah bagimu
Karena yang namanya al-qirâ’ah (membaca), bukan hanya melewatkan bacaan (membacanya) dalam hati. Diantara tuntutan al-qirâ’ah menurut pengertian bahasa dan istilah adalah menggerakkan lisan, sebagaimana sudah diketahui umum. Diantara yang menunjukkan itu adalah firman Allâh Azza wa Jalla :
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya [Al-Qiyâmah/75:16]
3. Menambah do’a atau dzikir yang disyari’atkan
Diantara kesalahan yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin yaitu mereka menambahkan sebagian lafazh dalam dzikir atau do’a shalat yang tidak pernah diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Diantara tambahan itu.
a. Menambahkan lafazh was-syukr ketika i’tidal
Ada sebagian kaum Muslimin dalam shalat mereka yaitu mereka menambahkan lafazh asy-syukru setelah membaca Rabbana wa lakal hamdu.
Tambahan ini tidak ada dalam hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
b. Menambahkan bacaan Bismillah sebelum membaca tasyahhud
Syaikh Masyhur mengatakan bahwa termasuk kesalahan juga ketika di awal tasyahhud seseorang mengucapkan, Bismillâh, lalu di akhir tasyahhud mengucapkan: as’alullâhal jannah (aku memohon surga kepada Allâh) dan a`ûdzu billâh minan nâr (aku berlindung kepada Allâh dari neraka). Sebagian orang mengucapkan doa ini saat salam. Imam Muslim dalam kitabnya at-Tamyîz hlm. 141-142 berkata,
“Tasyahhud telah diriwayatkan dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari berbagai jalur yang shahih, tak ada sama sekali disebutkan di sana ucapan… : bismillâh wa billâh. Tidak pula disebutkan di penghujungnya: as’alullâhal jannah wa a`ûdzu billâh minan nâr.[3]
c. Menambahkan Salam Dengan Kalimat “as alukal fauza bil jannah” dan “as alukan najâta minan nâr”
(Syaikhul Islam ) Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya tentang seseorang yang ketika salam (menengok ) ke kanan dia mengucapkan: Assalâmu ‘Alaikum wa Rahmatullâh (dan menambahkan dengan) as’alukal fauza bil jannah dan ketika salam kearah kiri dia mengucapkan: Assalâmu ‘Alaikum wa Rahmatullâh (dan menambahkan dengan) asalukan najâta minan nâr
Maka apakah perkara (perbuatan) ini dimakruhkan atau tidak ?
Maka beliau rahimahullah menjawab:
Segala puji bagi Allâh. Ya, perkara ini dimakruhkan karena hal ini adalah bid’ah. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukannya, dan tidak ada satupun dari kalangan para Ulama yang menyarankannya. Dan ini adalah perkara membuat doa yang baru di dalam shalat yang dibaca bukan pada tempatnya. Doa tersebut memisahkan dua ucapan salam dan menyambung ucapan salam dengan kalimat yang lain. Padahal siapapun tidak boleh memisahkan bacaan-bacaan dalam (tata cara) shalat yang telah disyariatkan. Sebagaimana halnya bila dikatakan Sami’allâhu liman hamidah (dan menyambungnya dengan) as’alukal fauza bil jannah dan mengucapkan Rabbanâ walakal hamdu (dan menyambungnya dengan) as’alukan najâta minan nâr”[4]
Inilah beberapa kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin. Meskipun sebagiannya tidak mengakibatkan shalatnya batal, namun itu tetap sebagai kesalahan yang harus kita hindari.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XX/1438H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Lihat Taisîr al-Karîmirrahman ketika menjelaskan Surat Thaha, ayat ke-14
[2] Lihat al-Qaulul Mubîn, hlm. 122
[3] Lihat al-Qaulul Mubîn, hlm.156
[4] Majmu’ Fatawa : 22/492
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/8252-kesalahankesalahan-dalam-doa-dan-dzikir-ketika-shalat.html